Papanya
berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi Si Chuan, kecamatan Suang
Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia
tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini,
mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.
Pada
tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya
menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya
menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak
ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.
Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah,
papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja
bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut,
dengan menghela nafas dan berkata, “Saya makan apa, maka kamu juga ikut apa
yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.
Ini
adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak,
tidak ada ASI dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi
makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini
tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan
sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar
serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan
sangat pintar walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat
menyukai Yu Yuan.
Ditengah
ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan
yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa.
Mulai
dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah,
mencuci baju, memasak nasi, dan memotong rumput.
Setiap
hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain.
Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki
seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling
menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat
papa menjadi sedih dan marah. Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri
sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah.
Inilah
yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya.
Dia
tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal
yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang
dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.
Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun
tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia
dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.
Mulai
dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu
Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh
dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak
bisa menghentikan pendarahan tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke
puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga
mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan
bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan
ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak
mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk
sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya.
Darah
yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi
lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil
untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh
menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari
hidung Yu Yuan.
Dokter
yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah
diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan
penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar $ 300.000. Papanya
mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya
memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam
uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah
sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang
merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu
yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang
sedih dan pipi yang kian hari kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih.
Pada
suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala
kata-kata belum sempat terlontar. “Papa, saya ingin mati”. Papanya dengan
pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau
mati?”. “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak
berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah
sakit ini.”
Pada
tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf,
menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan
tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya
sendiri. Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak
pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia
ingin memakai baju baru dan ber-foto. Yu Yuan berkata kepada papanya, “Setelah
saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini”.
Hari
kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju
baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan
satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba
dia tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio
foto.
Yu Yuan
kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk
tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa
menahan air matanya yang mengalir keluar.
Kalau
bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du
Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang
ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan
kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail.
Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan
akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng.
Banyak
orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota
sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim email ke
seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi
suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.
Hanya
dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia saja telah
mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi.
Titik
kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang. Setelah
itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari
seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk
mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah
dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di
email bahkan menulis, “Yu Yuan, anakku yang tercinta. Saya mengharapkan
kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke
sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat.
Yu
Yuan, anakku tercinta.”
Pada
tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian
akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa
yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan
akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu
kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus.
Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya.
Dokter
yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan
mendatangkan mual yang sangat hebat.
Pada
permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah
mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang,
jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan
juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan dari lahir
sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat
dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata
Yu Yuan pun mengalir tak terbendung. Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu
Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.
Pertama
kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan
menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan
menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat
datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari
email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos
sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu
selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa
terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.
Tetapi
efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan,
apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain fisik Yu Yuan jauh
sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.
Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan, “Tante,
kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?”. Wartawan tersebut menjawab,
“Karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan kemudian berkata,
“Tante, saya juga mau menjadi orang yang baik hati”.
Wartawan
itu pun menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu
agar bisa berubah menjadi semakin baik”.
Yu Yuan
dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu
Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”
Fu Yuan
kaget sekali, membuka dan melihat surat tersebut. Ternyata Yu Yuan telah
mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang
berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan di atas
ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian,
dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu
Yuan.
Dalam
satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan
singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata
setelah Yu Yuan meninggal. Dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat
tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat
kabar. “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa
saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya.
Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah.
Setelah
saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang- orang yang sakit
seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”.
Surat
wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.
“Saya pernah datang, saya sangat patuh”, demikianlah kata-kata yang keluar dari
bibir Yu Yuan.
Pada
tanggal 22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan
tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup.
Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan
memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah.
Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi
infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat.
Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu
meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya.
Yu Yuan
yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang.
Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang
cantik yang suci bagaikan air sungguh telah pergi ke dunia lain. Di kecamatan
She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian nYu Yuan.
Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang
ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil,
kamu sebenarnya adalah malaikat kecil di atas langit, kepakkanlah kedua sayapmu.
Terbanglah………..” demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.
Pada
tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Di depan
rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu
Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa
hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan
demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam
mengantarkan kepergian Yu Yuan. Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu
Yuan yang sedang tertawa. Di atas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang
dan aku sangat patuh” (30 November 1996 – 22 Agustus 2005). Dan dibelakangnya
terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan.
Dua
kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari
dunia. Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan
kepada anak-anak penderita leukimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan
dana Yu Yuan itu adalah :
Shii
Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak
kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah
anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian. Pada tanggal 24 September,
anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil
melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak
tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik
Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami di atas sana.
Jangan
risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata “Aku
pernah datang dan aku sangat patuh”.
Demikianlah
sebuah kisah yang sangat menggugah hati. Seorang anak kecil yang berjuang
bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang
dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya,
akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan dunia.
Walaupun
hidup serba kekurangan, dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah
contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu
yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada
orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi
seorang pengasih.
0 komentar:
Post a Comment